HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILU LEGISLATIF 2014

Partai Nasdem (6,72%), PKB (9,04%), PKS(6,79%), PDIP(18,95%), Golkar (14,75%), Gerindra (11,81%), Demokrat (10,19%), PAN (7,59%), PPP (6,53%), Hanura (5,26%), PBB (1,46%), PKPI (0,91%)!


widgeo.net

Kamis, 15 Agustus 2013

Mencari Generasi Politik

nasdemnunukan.blogspot.com - KERUSAKAN dan ke busukan politik di Republik ini mem buat generasi muda sebagai generasi penerus bangsa terlalu banyak yang tidak mau berpolitik, apalagi masuk partai politik. Padahal, kelompok usia muda mewarisi cita-cita Republik.

Generasi muda yang hidup dalam nuansa dan suasana politik yang kacau-balau semestinya memiliki kreativitas tinggi dan keunggulan untuk melakukan perubahan atas berbagai kerumitan dan masalah politik. Ketidakpedulian generasi saat ini kepada politik juga berarti ketidakpedulian terhadap kemajuan Republik.

Benjamine Fine dalam bukunya 1.000.000 Delinquents (1957) mengatakan, “A generation who will one day become our national leader.“ Generasi muda kelak akan menjadi ahli waris dan pemimpin bangsa dan negara. Pertanyaannya, bagaimana bisa gene rasi muda menjadi pemimpin Republik kalau takut atau tak mau berpolitik? Bagaimana melakukan perubahan terhadap kerusakan dan kebusukan partai politik kalau kecut masuk partai politik?

Demokrasi yang terbelah Kerusakan politik dan instrumennya akan berakibat mandeknya perjalanan demokrasi dalam Republik. Di alam demokrasi, kenyataannya masyarakat kelas bawah sengsara dan penganggur bertambah, tapi kelompok elite politik dan penguasa justru bergelimang harta.

Politik memang berselingkuh dengan ekonomi. Namun apabila kebijakan ekonomi mengisap rakyat dan menghasilkan kebijakan-kebijakan opresif dan diskriminatif, pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan lapangan kerja–semua sarana yang mestinya dinikmati secara bebas dan menjadi indikator penting dari sebuah negara demokrasi–tertawan oleh kepentingan elite politik.

Selain itu, masalah demokrasi menjadi penyebab utama kejatuhan rezim. Bila melihat gejolak politik di Timur Tengah belum lama ini, krisis ekonomi d dan demokrasi itulah yang m mendorong generasi muda di Timur Tengah melancarkan demonstrasi. Mereka berjuang menumbangkan rezim otoriter demi demokrasi dan pengembangan ekonomi ke arah lebih baik. Dengan menggunakan jaringan teknologi komunikasi mutakhir seperti Facebook dan Twitter, kaum muda yang tertekan bergerak untuk perubahan. Merekalah generasi muda yang menari tari gelombang perubahan di Timur Tengah.

Hampir semua tuntutan rakyat di beberapa negara Timur Tengah membuka keran demokrasi di negara masingmasing. Penolakan terhadap demokrasi merupakan langkah yang mati. Rakyat diperintah rezim-rezim paling buruk yang memaksakan apa yang mereka takuti dari demokrasi.

Jadi, tak usah takut dengan demokrasi. Artinya, kebajikan demokrasi itu terletak di mana saja, termasuk di Timur Tengah. Begitu pula nyala sumbu api demokrasi, bisa menyala di negara mana saja. Si penyala api demokrasi itu bisa siapa saja: mahasiswa, politikus, bahkan pedagang asongan.

Generasi politik Di Republik ini, tampak pening katan generasi muda yang ogah berpolitik, konsumtif, individualistis, dan tak bergairah untuk terlibat dalam organisasi-organisasi kepemudaan dan organisasi politik. Ke cenderungan generasi muda yang seperti itu berarti mereka semakin apolitis.

Dunia politik memang gemar memolitisasi ideologi dan menjadikannya slogan kosong belaka. Jika generasi yang ogah berpolitik memilih diam, barangkali bukan karena mereka tak peduli. Mungkin saja mereka takut tercemar oleh kebusukan politik dan rezim korup yang enggan dan takut dengan gerakan perubahan.

Dalam konteks itu, perlu memahami mengapa me reka menjadi apolitis. Di beberapa ne gara Timur Te n g a h , g e nerasi apolitis menjelma menjadi kekua tan baru y a n g ditakuti rezim otoriter.

Rezim otoriter sering salah tingkah dengan berupaya membatasi dan memblokir komunikasi dunia maya; dunia yang paling di g a n drungi gene r a s i apoli tis. Na mun di balik tampilan lahiriah yang apolit i s , s e b e n a r ny a t e r d a p a t sebuah kebenaran paradoksal dalam diri mereka.

Semakin giat sebuah rezim membentuk generasi apolitis, semakin kuat pula kemungkinan ia akan diturunkan generasi yang sama. Rezim yang berikhtiar melanggengkan kekuasaan melalui politik yang melahirkan generasi apolitis suatu saat kelak akan bertemu dengan karmanya.

Negara Tunisia yang kini telah beralih ke pemerintahan baru sebelumnya diperintah rezim diktator dan koruptif Ben Ali. Partai An-Nahda di Tunisia menang dalam pemilu 23 Oktober 2011 dengan 41,47% suara. Partai An-Nahda dan anggota koalisi berkuasa dalam Majelis Konstituante Tunisia mengumumkan pembentukan gerakan mahasiswa bernama Ennahda’s Youth at University (EYU).

Menurut Abdelkarim Harouni, anggota Majelis Konstituante yang mewakili Distrik Tunisa 1 dan juga presiden sayap pemuda An-Nahda, mereka menghendaki adanya ruang kebebasan dan konsensus di universitas-universitas di Tunisia. Tujuan aktivitas EYU ialah restorasi lingkungan politik yang moderat di dalam universitas. Yakni, membantu penyolidan tujuan-tujuan revolusi, menguatkan kembali identitas Arab-Tunisia, dan membela hak para mahasiswa untuk bersatu dan berorganisasi politik.

Dalam gerakan partai politik di Indonesia saat ini, hadirnya Liga Mahasiswa NasDem, yang merupakan sayap Partai NasDem, memainkan peran penting dalam mengonsolidasi berbagai gerakan mahasiswa untuk peduli terhadap politik dan partai politik. Dengan moto belajar, berpartai, dan berbakti, Liga Mahasiswa NasDem berupaya membangun iklim dialog yang sehat di antara berbagai kelompok mahasiswa yang memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda. Tentu sayap Partai NasDem ini perlu membuktikan kinerja mereka kepada kaum muda dan rakyat Indonesia dengan konsep politik yang implementatif dan substantif.

Dalam lingkungan politik demokratis, generasi apolitis maupun generasi politik menjadi backbone (tulang punggung) dari gerakan demokrasi. Namun, perlu dibuka cara-cara baru yang membuat generasi penerus Republik ini untuk mulai melihat bahwa lingkungan politik tak selamanya penuh dengan kotoran dan kebusukan.

Oleh karena itu, diperlukan generasi politik sebagai tenaga ampuh yang dapat melakukan perubahan terhadap kerusakan partai politik di Republik ini. Generasi politik yang memiliki kemerdekaan hati nurani didorong rasa kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan.
Sumber: pranandapaloh.com  (02012013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar